Resume Belajar
Menulis Pertemuan ke-15
Narasumber : Bapak
Edi S Maryanta
Hari, Tanggal :
Senin, 6 Juli 2020 Pukul 19.00 s.d. 21.00
Tema: Menulis dan
Menerbikan Buku di Masa Pandemi Covid-19
Malam ini Senin, tanggal 6 Juli
2020 seperti biasa saya mengikuti perkuliahan online melalui WA Grup Belajar
Menulis bersama Om Jay. Malam ini dimoderatori sendiri oleh Om Jay. Sebagai
narasumbernya Bpk Edi Mulyanta dari penerbit Andi. Tema pada pertemuan ke 15
ini tentang cara menulis dan menerbitkan buku di penerbit Andi. Sangat menarik dan
membuat antusias para peserta pelatihan. Karena sangat menginspirasi untuk
menerbitkan buku. Siapa sih yang tidak ingin menerbitkan buku karyanya di
penerbit Andi ? Pasti semua ingin menjadi penulis yang handal dan keren.
Perkuliahan dibuka oleh Om Jay.
Om Jay mempersilakan sang narasumber untuk menyampaikan materi nya. Pak Edi memulainya dengan salam dan doa.
Semoga kita selalu siap dalam menghadpi berbagai keadaan yang akan terjadi.
Dunia penerbitan saat ini,
menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan kita, akibat dari
pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya. Mari kita buka dapur-dapur
semua yang berkaitan dengan penerbitan dari hulu hingga hilir, semoga dapat
memberikan sedikit gambaran yang terjadi sekarang ini.
Diawali dengan, dunia penerbitan
itu sendiri, dimana dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya
diikuti dengan idealisme di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang
dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD
(ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan. Outlet
utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari
bisnis ini, sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang
khas.
Pandemi ini betul-betul meluluh
lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia
penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan. Setelah pak
Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini
benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar
biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang
tadinya masuk di gigi lima, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi
paling rendah yaitu satu. Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara
waktu, sambil melihat keadaan.
Dengan berlakunya PSBB di beberapa
daerah, dengan otomatis toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya
di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti
di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.
Outlet yang tertutup, menjadikan
beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini
berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang
telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di toko buku.
Setelah tiga bulan parkir di
Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu,
setelah beberpa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani
untuk bergerak.
Di bulan juni-juli, saat ini
dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya
hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali
semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal.
Rebound yang terjadi ini menuntut
penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali ataukan menunggu
terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti. Melaju, tentunya butuh dana,
sementara roda cash flow hampir terhenti dua bulan hingga tiga bulan, sehingga
gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas,
sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan.
Sementara, penerbit jika tidak
mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk.
Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat
keadaan chaos seperti ini.
Pengalaman kami, identifikasi
tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung
tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah kami tebar ke
penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan
bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.
Kesiapan penulis, dalam
menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat
bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah.
Edi S Mulyanta
Kami mempunyai database penulis yang cukup
baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi siapa penulis yang
berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu materi, kemudian kita
launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.
Buku-buku pendidikan, juga kita
tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh
keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan
yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
Keputusan-keputusan strategis
diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku.
Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya
produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya
walaupun tidak begitu drastis.
Banyak hikmah yang didapat kali
ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang
mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian
materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian
tertentu.
Penulis yang siap menerima
kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan
bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya.
Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke
pembacanya.
Media WA yang dikelola oom Jay
ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian
kita dalam mengungkapkan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca,
diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita.
Semua perlu proses, latihan, dan
kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana
latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu
latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kalai
sehingga kita akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam
tulisan.
Bakat hanya 1%, sisanya adalah
kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang sangat bagus
untuk kita mulai menulis, karena di dalam blog... tidak ada penolakan kejam
seperti penerbit menolak tulisan yang kita tawarkan.
Penerbit akan selalau melihat
sisi ekonomi dalam setiap tulisan kita, sehingga kemurnian keputusannya didasarkan
oleh bisnis semata. Sehingga terkadang tulisan kita yang luar biasa, tidak
terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business processnya saja, bukan
writing processnya.
Dengan sudut pandang ini, kita
perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas
tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi
penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga
buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best
Seller.
Perlu bapak ibu ketahui rahasia
ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk
laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing.
Kami pernah melakukan perencanaan
matang, untuk membuat buku yang best seller. Kami memilih tema yang luar biasa
bebobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional.
Kami push pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan.
Laskar pelangi.. saat awal
terbit, penulis tidak menyangkan akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh
mengecewakan... dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulut-kemulut..
dari komunitas satu ke komunitas lain. dan di trigger dengan sebuah peristiwa
yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah...dan terjadilah ledakan
viral.. menjadikan buku tersebut best seller... tidak ada desain awal, tidak
ada perencanaan untuk menuju best seller...
Dengan berbagai pengalaman ini,
komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola
tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini
dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Yang tangguh
dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga
menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu
kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.
Kita dapat mulai tulisan dengan
tema yang kita sukai dan betul-betul dikuasai. Tulis dengan terstruktur, dan
muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman. Jika sudah percaya
diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang
dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline
tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia
pembaca, gender, pendidikan, dan lain-lain). Jangan lupa berikan alasan mengapa
buku tersebut ditulis. Kita dapat sedikit "Ngecap" supaya
penerbit tertarik dengan tulisan kita.
Penerbit bukan maha tahu, kita,
penerbit di dasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit itu tidak
selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis
perintis dengan tema yang belum terekam di datanya. Sehingga proposal ini
sangat perlu diberi perhatian, untuk menyadarkan penerbit akan tema yang diangkat
dalam tulisan kita.
Tulislah rencana penulisannya,
dengan target market yang dituju, syukur-syukur ditawarkan rancangan
pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal
sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk
media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya. Ke depan media-media selain buku akan semakin
banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal
ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.
Sebelum menutup materinya dan
dilanjutkan dengan tanya jawab, Pak Edi ingin mengajak kita untuk tetap
mendokumentasikan pencarian keilmuannya. Dengan dokumentasi yang terstruktur,
pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita dan bahkan mengembangkannya di kemudian
hari. Ilmu kita akan menjadi immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan
selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu kita. Dokumentasi kita dalam
bentuk buku akan kami kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang
dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan
dapat menelusuri jejak langkah dokumentasi tersebut dalam bentuk tulisan dan
menuju keabadian.
Demikian pemaparan materi dari
Pak Edi S. Maryanta yang sangat luar biasa dan sangat menginspirasi dan juga
menambah pengalaman dan ilmu di dunia perbisnisan khususnya dunia penulisan dan
penerbitan buku. Pada awalnya saya tidak tahu dan tidak paham bila penerbitan
buku merupakan sebuah perbisnisan. Ya..ternyata semua berlabuh dengan dunia
bisnis. Di mana yang dicari adalah uang uang dan uang. Tapi disisi lain
ternyata sebuah penerbit akan eksis bila didukung pula penulis yang handal yang
bisa selalu beradaptasi terhadap keadaan masa sekarang. Artinya penulis buku
menyesuaikan dengan kondisi saat ini istilahnya yang update.
Kemudian dilanjutkan sesi tanya
jawab. Banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh peserta pelatihan
kepada Bapak Edi. Di sini saya hanya menyantumkan beberapa pertanyaan dan
jawaban saja. Tidak dapat semua pertanyaan. Pertanyaan dan jawaban itu adalah
sebagai berikut.
Jika penulis ingin memasukkan naskah
buku ke penerbit Andi yang sekaligus akan membeli cetakan pertama. Berapa
minimal eksemplarnya?
Jika kita mau membuat buku, Cover
dari judul kita didesain dari Penerbit andi, atw desain sendiri? Terus biaya
cover berapa❓Biaya cetak per lbr berapa dan untuk mendapat ISBN
ada ngk biayanya?
Buku ttg apakah yang masyarkat
butuhkan untuk saat ini, melihat perkembangan teknologi yg begitu cpt melesat?
Tema apa saja yang diterbitkan
penerbit Andi? Apakah hanya buku pendidikan?
Adakah email khusus untuk mengirimkan
naskah???
Jawaban:
Pada awal tahun kami merencanakan
untuk membeli mesin POD sehingga berapapun eksemplar dapat kami layani, karena
keburu pandemi belum bisa terwujud. Saat ini skala produksi kami sangat optimal
di angka minimal 300 eksemplar sehingga kami menggunakan pagu angka tersebut
suapaya harga buku kompetitif.
Cover didesain oleh team
penerbit, penulis dapat mengusulkan cover jika mempunyai kemampuan untuk
membuat cover. Nanti biasanya rapat desainer akan menentukan desain penulis
dapat digunakan atau tidak.
Buku-buku yang kadung masuk di
antrian memang cukup banyak, terbentur kami off nyaris 4 bulan tidak produksi
sehingga antrian belum terurai. Kami ke depan akan mencoba kanal E-Book untuk
mengurai kemacetan produksi cetak offline. Kami akan menggunakan jalur Google
Play/Google Books untuk mempublishnya. Untuk cetak kertas kami tetap akan
melakukan sesuai situasi ke depan.
adakah email khusus untuk
mengirimkan naskah??? Bisa dikirim melalui edis.mulyanta@gmail.com
Buku yang tidak lekang oleh jaman
adalah 1. Buku Pelajaran 2. Buku Anak 3. Buku Teks 4. BUku Motivasi dan Agama
5. Buku FIksi
Biasanya begitu, penulis
memberikan deskripsi cover sesuai dengan yang diinginkan. Team desainer kami
akan menerjemahkan dalam bentuk desain cover, biasanya 3 usulan desain, penulis
dapat memilih salah satunya
Selama kami menerbitkan buku,
puisi bukan passion kami sehingga kami selalu gagal dalam memasarkan buku
puisi, Untuk saat ini kami memutuskan tidak menerbitkan puisi, kecuali di
biayai sendiri oleh penulisnya, dengan minimal eksemplar 300.
Ke depan kami akan membuka kanal
e-book sehingga tingkat terbit karya sastra, puisi, antologi pusi dapat kami
terbitkan dalam bentuk e-book memberikan kesempatan untuk terbit.
Insya allah bulan-bulan ini
semoga kanal ebook kami bisa kami luncurkan, saat ini sedang uji coba secara
teknis keamanan dan metoda pembayara royalty ke penulis. Semoga lolos uji
sehingga karya bapak ibu dapat kami monetize di google play tanpa terikat
jumlah eksemplar.
Betul sekali, bapak ibu dapat
menggunakan aplikasi writer plus untuk menjadikan lisan bapak ibu menjadi
tulisan yang siap diedit. LUmayan untuk mendokumentasikan lisan kita menjadi
tulisan. Di WA Group ini sepertinya diajari juga menggunakan writer plus ....
salah satu apps yang dapat menuliskan perkataan kita
Dari pemaparan materi dan tanya
jawab, bapak Edi S Maryanta memberikan pesan dan simpulan:
Dunia tulis menulis tidak akan
mati, terus berkarya bagaimanapun keadaannya, karena di luar sana masih banyak
pembaca yang menginginkan relung keinginan tahuannya dari tulisan bapak ibu.
Kami akan mencoba menjembataninya semampu kami ditengah perubahan jaman yang
luar baiasa.
Demikian yang dapat saya serap
perkuliah malam ini semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat … dan salam literasi….
Info yang menarik sekali...
BalasHapusInfo yang bermanfaat
BalasHapusmenarik, sangat bermanfaat.
BalasHapusMantull ...
BalasHapusSangat menarik memberi inspirasi dan aspirasi,..
BalasHapusMantab, jd pingin nulis
BalasHapusSangat baik dan cukup berbobot
BalasHapus