Sabtu, 30 Mei 2020

Discovery Learning Tingkatkan Motivasi Belajar IPS SD

 Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh bangsa Indonesia, namun ketimpangan mutu pendidikan masih saja terjadi, walaupun sudah dilaksanakan program desentralisasi. Hasil penelitian Ervannudin dan Widodo (2016) menunjukkan masih adanya ketimpangan mutu pendidikan walaupun sekolah yang bersangkutan telah menjadi uji coba desentralisasi pendidikan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dibuat kebijakan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Kebijakan itu diantaranya: perlunya melengkapi bahan ajar yang berbasis multimedia dan memberikan bekal penguasaan TIK kepada guru, agar guru mampu melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia (Arsyad, 2019: 1)

Kebijakan perlunya pemanfaatan multimedia juga dinyatakan oleh Setiawan dkk (2017) yang menyatakan bahwa kebijakan lainnya adalah perlunya pelatihan untuk sampai kepada substansi bidang studi. Hal ini mengingat pelatihan yang pernah dilakukan, berdasarkan penelitian Bahrissalim dan Fauzan (2018), memberikan sumbangan terhadap peningkatan kompetensi paedagogis, terutama membuat perangkat kurikulum, tetapi belum sampai pada substansi bidang studi. Hasil penelitian Mawardi dan Mariati (2016: 141) menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran discovery learning lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Hal ini menyangkut isi yang bersifat ilmiah, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel dan menyeluruh, serta yang menyangkut tata urutan yang sistematis dan konsisten.

Pengembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan model discovery learning dalam rangka mengoptimalkan perubahan perilaku yang positif dan prestasi akademik siswa, kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau individu sesuai kebutuhan. Tim belajar kelompok kecil dengan anggota lima siswa dengan kemampuan awal berbeda (1 tinggi, 2 sedang, dan 1 rendah) dan dibentuk setiap tatap muka pembelajaran untuk materi baru.

Pembelajaran dengan model discovery learning melibatkan lima komponen strategi pembelajaran, yaitu peragaan, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, dan penilaian nyata berbasis portofolio. Secara garis besar langkah penerapan model discovery learning dalam kelas adalah (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (2) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (3) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (4) ciptakan”masayarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok); (5) hadirkan ”model” sebagai contoh pembelajaran; (6) lakukan refleksi di akhir pembelajaran; dan (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu dokumentasikan hasilnya.

Untuk menguasai IPS sekolah secara baik diperlukan pendekatan dan model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip pelaksanaan kurikulum 2013, yakni siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.

Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru. Artinya, pada diri gurulah keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dibebankan. Makna lebih lanjut, sebaik apapun desain Kurikulum 2013 jika guru tidak mampu mengimplementasikannya, desain Kurikulum 2013 tersebut tidak akan pernah terwujud di dalam proses pembelajaran.

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar