Sabtu, 30 Mei 2020

Pendidikan Karakter Bangun Peradaban Bangsa

Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang psikomotoriknya, masih banyak guru di sekolah yang hanya asal mengajar, tanpa mengajarkan bagaimana etika yang baik yang harus dillaksanakan.

Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Banyak pilar karakter yang harus kita tanamkan kepada peserta didik penerus bangsa, diantaranya adalah kejujuran, yah kejujuran adalah hal yang paling pertama harus ditanamkan pada diri kita maupun peserta didik penerus bangsa karena kejujuran adalah benteng dari segalanya, Demikian juga ada pilar karakter tentang keadilan, karena  seperti yang dapat dilihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di negara ini. Selain itu harus ditanamkan juga pilar karakter seperti rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun menyayangi adik kelasnya, begitu juga dengan teman seangkatan rasa saling menghargai harus ada dalam diri setiap peserta didik agar tercipta dunia pendidikan yang tidak ramai akan tawuran.

Penguatan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah semakin digencarkan untuk menghasilkan pribadi yang unggul serta mengembangkan jiwa kepemimpinan. Sekolah diharapkan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik. Gurupun didorong menjadi inspirator bagi peserta didik.

Penguatan karakter ini diamanatkan dalam nawacita pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Porsi pendidikan karakter untuk SD 70% dan 30% untuk penanaman pengetahuan. Untuk SMP 60% untuk penguatan karakter dan 40% untuk pengetahuan (Kompas,28/4/2017).

Pendidikan karakter juga bukan sesuatu yang ada di atas langit sehingga sulit dijangkau atau berada di luar realitas. Pendidikan karakter dapat diimplementasikan di sekolah melalui penerapan aturan yang sebenarnya biasa namun bermakna luar biasa. Sekolah harus memulainya melalui hal-hal kecil. Contohnya mengawali setiap pelajaran dengan doa, bersalaman dengan guru sebelum mengikuti pembelajaran di kelas, tidak mencoret-coret tembok dan fasilitas umum, tidak mencontek saat ujian, memperhatikan penjelasan guru saat pelajaran, menyapa orang lain saat bertemu, membuang sampah pada tempatnya, dan masih banyak hal praktis lainnya.

Jika hal kecil tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dalam lingkup sekolah dan menjadi suatu rutinitas, sehingga menjadi kebiasaan dan sulit dipisahkan dari pribadi seseorang dan terbawa terus dalam keseharian hidup di tengah masyarakat, maka akan tercipta suasana nyaman, aman, dan tertib

Dengan diterapkannnya pendidikan karakter di sekolah semua potensi kecerdasan peserta didik  akan dilandisi oleh karakter – karakter yang dapat membawa mereka menjadi orang – orang yang diharapkan sebagai penerus bangsa. Bebas dari korupsi, ketidakadilan dan lainnya. Dan makin menjadi bangsa yang berpegang teguh kepada karakter yang kuat dan beradab. Walaupun mendidik karakter tidak semudah membalikan telapak tangan, oleh karena itu ajarkanlah kepada anak bangsa pendidikan karakter sejak usia dini.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar